Warganet di TikTok dan Facebook sedang ramai membicarakan sebuah konten yang berhasil menimbulkan kepanikan dan simpati. Sebuah video dramatis yang beredar secara luas menunjukkan momen mengerikan ketika seorang pelatih lumba-lumba, yang diidentifikasi sebagai Jessica Radcliffe, diklaim ditelan hidup-hidup oleh seekor paus orca. Narsasi yang kuat dan visual yang menyesatkan membuat banyak warganet percaya, bahkan ikut menyebarkan informasi tersebut. Namun, di balik kepopuleran video itu, tersembunyi kebohongan yang sengaja diciptakan untuk memicu sensasi.
Penyebaran hoaks ini dimulai pada awal Agustus 2025. Video berdurasi singkat tersebut memperlihatkan seorang wanita yang tengah berinteraksi dengan paus orca di sebuah kolam pertunjukan, sebelum tiba-tiba diserang dan ditelan oleh mamalia laut raksasa itu. Latar belakang suara yang penuh kepanikan seolah mengonfirmasi kejadian tersebut. Namun, setelah dilakukan penelusuran lebih mendalam oleh berbagai sumber kredibel, termasuk media internasional, terungkap bahwa video tersebut hanyalah rekayasa semata.
Kisah ini memiliki semua elemen yang dibutuhkan untuk menjadi viral: tragedi yang mengejutkan, sosok korban yang diceritakan secara personal, dan visual yang terlihat “asli” meski buram. Penggunaan nama Jessica Radcliffe sebagai tokoh utama memberikan kesan otentik, membuat banyak orang berpikir bahwa peristiwa ini benar-benar terjadi. Selain itu, kecepatan penyebaran informasi di media sosial, di mana setiap orang bisa menjadi “wartawan” dadakan, membuat hoaks ini semakin sulit dibendung. Tanpa verifikasi yang memadai, satu klik bagikan bisa menyebarkan kebohongan ke ribuan, bahkan jutaan, orang dalam hitungan jam.
Setelah penyelidikan dilakukan, beberapa kejanggalan utama mulai terkuak, membongkar kebohongan yang sengaja dibangun:
Hoaks semacam ini bukanlah hal baru. Motivasi di baliknya sering kali adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi, baik dari iklan, penjualan data, atau sekadar sensasi. Para pembuat konten sering kali menyebarkan berita yang mengejutkan dan memancing emosi agar bisa mendapatkan banyak interaksi (suka, bagikan, komentar) dan menarik perhatian banyak orang. Semakin banyak yang menonton, semakin besar pula potensi keuntungan yang mereka dapatkan.
Kisah hoaks tentang Jessica Radcliffe ini menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk selalu berhati-hati dan bijak dalam mengonsumsi informasi di media sosial. Sebelum membagikan, luangkan waktu sejenak untuk memverifikasi kebenarannya. Cek sumbernya, cari berita serupa dari media-media kredibel, dan jangan mudah terprovokasi oleh judul atau narasi yang sensasional. Dengan demikian, kita bisa ikut andil dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat, di mana fakta lebih dihargai daripada sensasi.
Penting untuk selalu mengingat bahwa di balik setiap video viral yang penuh drama, mungkin saja ada kebohongan yang sengaja diciptakan. Menjadi pengguna internet yang cerdas adalah kunci untuk melawan penyebaran hoaks dan menjaga diri kita dari disinformasi.
Kami adalah kewirausahaan Parfum dan Affiliate Seller Toko, pengembangan bisnis UMKM mikro untuk masyarakat di Indonesia.
No products in the cart
Return to shop